Friday, August 8, 2008

Antara Media , Agama dan Konflik

Media Massa, Agama dan Konflik

· Abstrak

Awal mula permasalahan dimulai dari penyerangan FPI terhadap Kelompok Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan(AKKBB) pada tanggal 1 Juni 2008 di Monas Jakarta yang pada saat itu AKKB sedang mempersiapkan peringatani hari kelahiran Pancasila dan menimbulkan jatuhnya korban luka-luka dari pihak AKKBB. Sejauh mana peran media dalam menengahi konflik yang berkepanjangan dari 2 kubu tersebut ? dan apa tanggapan masyarakat Indonesia mengenai pemberitaan ini ? Untuk menganalisa semua ini dibutuhkan teori-teori yang mendukung seperti teori Agenda Setting dan teori prasangka sosial . Jadi media di sini berperan dalam pembentukan citra positif atau negatif dan mayarakat menyaringnya sebagai informasi atau isu saja.

· Kata kunci

Media, Gusdur, Konflik, FPI

· Pendahuluan

Negara Indonesia adalah Negara yang pancasila dan memiliki landasan Bhineka Tunggal Ika, karena Indonesia memiliki Negara yang berbentuk kepulauan, memiliki banyak suku bangsa, Adat Istiadat, bahasa dan memiliki 5 agama yang di sah kan oleh pemerintah RI. Dari banyaknya perbedaaan yang ada di Negara kita ini banyak hal yang dapat menjadi pemicu konflik. Dalam hal ini konflik antar suku dan agamalah merupakan hal yang utama yang dapat memicu terjadinya konflik. Konflik, kata ini mungkin sering terdengar di telinga anda akhir-akhir ini. Berita yang paling hangat saat ini mengenai konflik internal yang terjadi dalam tubuh agama Islam yaitu konflik antara organisasi keagamaan FPI (Front Pembela Islam) dengan NU (Nahdatul Ulama) versi Gusdur. Awal mula permasalahan dimulai dari penyerangan FPI terhadap Kelompok Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan(AKKBB) pada tanggal 1 Juni 2008 di Monas Jakarta yang pada saat itu AKKB sedang mempersiapkan peringatani hari kelahiran Pancasila dan menimbulkan jatuhnya korban luka-luka dari pihak AKKBB. Menurut sumber dari FPI mengatakan bahwa dalam AKKB tersebut mengikutsertakan para pengikut Aliran Islam Ahmadiyah yang sekarang menjadi kontroversi oleh seluruh masyarakat Indonesia dan telah dinyatakan sesat oleh Departemen Keagamaan dan MUI. Insiden tersebut bukanlah kejadian yang muncul begitu saja, melainkan merupakan akumulasi dari kekecewaan FPI atas sikap pemerintah terhadap keberadaan Ahmadiyah.

Ahmadiyah adalah gerakan pertabligan yang memiliki lebih dari 10 juta pengikut, mulai dari Indonesia, Malaysia, Pakistan, Afrika Tengah, Afrika Barat, sampai Amerika Serikat. Kota Rabwah, Pakistan Tengah, pernah menjadi pusat struktur organisasi tersebut. Pemimpin gerakan itu sekarang adalah yang ke empat, setelah wafatnya Masih Mau’ud (Al-Masih yang Dijanjikan). Ia adalah Mirza Tahir Ahmad, salah satu cucu dari pendiri Ahmadiyah. Di awal 1985, Huzur panggilan sayang bagi Mirza Tahir Ahmad pindah ke London, sewaktu tekanan mulai mencapai puncaknya kepada jemaah Ahmadiyah. Di Indonesia, sekte itu mendapatkan tentangan dari kaum muslimin sendiri karena dinilai menyalahi syariat Islam soal kenabian Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908). Bagi kalangan Islam Indonesia, Allah tidak menurunkan nabi dan rasul beserta kitabnya setelah Nabi Muhammad. Sebab, Nabi Muhammad adalah nabi penutup, la nabiya ba’da. (Harian Suara Merdeka, 17 Juni 2008). Dan dari kejadian tersebut memicu salah satu tokoh agama yang juga memiliki pengaruh besar di Negara ini, beliau juga pernah menjadi orang no satu di Indonesia dan memiliki ikatan besar dengan Ponpes di jawa timur, NU, dan Ansor untuk unjuk bicara mengenai kasus ini. Tokoh tersebut adalah KH. Abdurrachman Wahid atau akrab dengan panggilan Gus Dur angkat bicara, beliau mengeritik serta mengecam keras atas terjadinya kekerasan ini. Beliau juga berkata bahwa tidak seharusnya terjadi hal semacam ini terjadi dalam lingkup agama islam, karena dapat menimbulkan citra buruk pada khalayak, sehingga memunculkan penilaian bahwa islam adalah agama yang ekstrim, teroris dan sangat suka kekerasan. Dari pernyataan yang dikeluarkan oleh Gus Dur tersebut, membuat pihak FPI tersinggung dan balik menuduh Gus Dur memihak Ahmadiyah. Hal ini membuat beberapa pihak yang marah serta mengecam FPI kalau memang menganggu Gus Dur.

Dalam hal ini peranan media, dengan bagaimana media itu sendiri menyingkapi hal-hal dan media sebagai penengah dalam konflik yang terjadi. Maka salah satu peran media yaitu bagaimana media menjadi penengah yang seadil-adilnya di antara konflik yang terjadi. Seperti yang saya amati pada saat terjadi tragedi monas pada 1 Juni kemarin, media massa secara beruntun memberitakan kejadian tersebut, hampir semua stasiun televisi, surat kabar, internet memberitakan. Pemberitaan yang ada hampir semua sama, sama-sama mengembor-gemborkan aksi kekerasan yang terjadi tanpa ada yang memberikan solusi konflik , peran media saat ini memang sangat dibutuhkan sebagai penengah konflik sehingga tidak menimbulkan persepsi dan opini masyarakat yang simpang siur dan tidak berimbang mengenai suatu kelompok yang sedang bertikai.

· Rumusan Masalah

  1. Sejauh mana peranan media massa sebagai penengah dalam konflik yang terjadi antara FPI dengan ?
  2. Bagaimana masyarakat menyikapi permasalahan yang terjadi antara FPI dengan Ahmadiyah lalu menyeret nama Gus Dur dengan tuiduhan sebagai pembela Ahmadiyah?

· Landasan Teori

· Teori dalam Media :

Dalam hal ini kita dapat mengkaji permasalahan ini dimana media sebagai penegah yaitu dengan menggunakan teori Agenda Setting. Dimana sebuah media harus menjelaskan secara menyeluruh bahwasanya media massa memiliki dampak pada public atau dimana media, dalam memaparkan sebuah berita harus mementukan isu yang dipikirkan dan yang dibicarakan oleh public. Namun dampak yang ditimbulkan lebih murujuk pada lingkup area perilaku dan bukan sebuah persepsi belaka.

· Teori dalam konflik :

Dalam konflik menegahi konflik yang berlangsung seharusnya agar tidak memperkeruh konflik yang berlangsung seharusnya kedua kubu yang berkonflik dapat menengahi permasalahan dengan melakukan komunikasi interpersonal, agar tidak menimbulkan prasanka sosial apalagi prasangka sosial yang muncul di masyarakat akibat pemberitaan yang sering di tayangkan oleh media. Yang dapat diduga mempengaruhi suatu kegiatan suatu kegiatan komunikasi interpersonal, yaitu:

1. Penstereotipan (Stereotyping)

Stereotip merupakan sikap atau karakter yang dimiliki seseorang untuk menilai orang untuk menilai orang lain semata-mata berdasarkan pengelompokan kelas atau pengelompokan yang dibuatnya sendiri. Sedangkan menurut Gerungan, stereotip adalah suatu gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang dari golongan lain yang umumnya bercorak negatif. Stereotip tidak memadai karena stereotip adalah generalisasi berdasarkan pengalaman yang terbatas.

2. Jarak sosial

Menurut Deaux (1984), jarak sosial adalah aspek lain dari prasangka sosial yang menunjukkan tingkat penerimaan seseorang terhadap orang lain dalam hubungan yang terjadi di antara mereka.

3. Diskriminasi

Menurut Zastrow (1989), diskriminatif merupakan factor yang merusak kerja sama antar manusia maupun komunikasi di antara mereka. Doob (1985) mengakui diskriminasi merupakan suatu perilaku yang ditujukan untuk mencegah suatu kelompok atau membatasi kelompok lain yang berusaha memiliki atau mendapatkan sumber daya.

(dalam Liliweli, 2001:176-178).

· Pembahasan

Sekarang ini marak terjadi konflik yang melibatkan unsur agama, dan sering menjadi konsumsi media yaitu konflik yang terjadi dalam interen agama islam sendiri, selain itu kekerasan menjadi tontonan biasa bagi masyarakat, sehingga muncul anggapan bahwa agama islam identik dengan kekerasan. Seperti yang baru saja terjadi, dimana FPI pada tanggal 1 juni 2008 melakukan penyerangan terhadap AKKBB di Monas Jakarta yang saat itu sedang mempersiapkan peringatani hari kelahiran Pancasila dan menimbulkan jatuhnya korban luka-luka dari pihak AKKBB. Menurut sumber dari pihak FPI bahwa AKKBB mengikut sertakan aliran Aliran Islam Ahmadiyah yang sekarang menjadi kontroversi oleh seluruh masyarakat Indonesia dan telah dinyatakan sesat oleh Departemen Keagamaan dan MUI.

Disini akan dibahas tentang sejauh mana peranan media massa sebagai penengah dalam konflik yang terjadi antara FPI dengan AKKBB, dan bagaimana masyarakat menyikapi permasalahan yang terjadi antara FPI dengan Ahmadiyah lalu menyeret nama Gus Dur dengan tuiduhan sebagai pembela Ahmadiyah.

Media massa berperan penting dalam setiap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa harus bias menyampaikan informasi dari suatu realitas fakta yang kemudian di olah menjadi suatu informasi yang bias disampaikan dengan baik dan bisa dicerna khalayak luas. Manurut Harlod Laswel fungsi dasar media adalah “memungut, menyimpulkan, menafsirkan dan menyiarkan berita, media massa berperan dalam melaporkan berita berdasarkan fakta pretense, itu berarti media massa dalam mengkontruksi realitas harus bergantung pada bagaimana mendapatkan menggali dan mengolah informasi tersebut menjadi pesan yang bias di terima dan di cerna oleh khalayak luas.

Selain penyebar informasi, media massa memiliki peran penting diantaranya :

1. Kemampuan media massa menjangkau semua lapisan masyarakat

2. Efektivitasnya dalam proses pembelajaran politik masyarakat

3. Media sebagai wadah untuk mengartikulasikan berbagai berita dalam bahasa yang mudah dipahami

4. Kenyataan bahwa media massa dapat membentuk pendapat umum suatu isu ataupun perkara yang dianggap penting

5. Asumsi bahwa media sebagai sumber berita yang dipercaya

6. Media massa sebagai wadah hiburan yang murah, mudah dengan jangkauan tak terbatas.(http:/id.wikipedia.org/wiki/media_massa)

Peran media memang sangat penting dalam pemberitaan bagi khalayak umum, tetapi sebenarnya media tidak perlu terlalu membesar-besarkan pemberitaan karena itu dapat menimbulkan asumsi public yang cenderung negative atau penstereotipan terhadap karakter baik individu ataupun suatu kelompok. Karena apa yang dianggap penting buat media untuk diberitakan tentang isu-isunya itu pun sangat penting buat di publikasikan pada khalayak luas.

v Kesimpulan

Media massa berperan penting terhadap sebuah perkembangan diri seseorang. Media massa sendiri mempunyai fungsi dasar yaitu memungut, menyimpulkan, menafsirkan dan menyiarkan berita sekaligus memberikan informasi dan mengankat realitas yang terjadi untuk di informasikan kepada masyarakat luas. Hal ini merupan suatu pengetahuan, tuntutan dan sekaligus sebuah pertimbangan bagi masyarakat dalam mempresepsikan realitas yang berdasarkan informasi melalui media massa. Peran media massa terkait dengan pemberitaan ataupun isu yang berkembang di masyarakat sangatlah penting, dimana media dapat menciptakan citra positif di masyarakat bahkan sebaliknya jika media terlalu melebih-lebihkan pemberitaan akan terkesan seperti memojokan dan hal ini dapat menciptakan citra buruk.

Seharusnya masyarakat sebagai pengkonsumsi berita harusnya dapat menyingkapi masalah & isu yang sedang berkembang agar tidak menimbulkan pencitraan buruk terhadap masalah yang sedang marak diberitakan. Sebaliknya, masyarakat juga butuh berita dalam memenuhi keinginan akan informasi.

Daftar Pustaka

McQuail, Denis dan Seven Windahl. Model-model Komunikasi, ( ahli bahasa )

Rakhmat, Jalaludin. 1998. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

http://id.wikipedia.org/wiki/media_massa

No comments: