Media Massa, Agama dan Konflik
Konflik, kata ini mungkin sering terdengar di telinga anda akhir-akhir ini. Berita yang paling hangat saat ini mengenai konflik internal yang terjadi dalam tubuh agama Islam yaitu konflik antara organisasi keagamaan FPI (Front Pembela Islam) dengan NU (Nahdatul Ulama) versi Gusdur.
Awal mula permasalahan dimulai dari penyerangan FPI terhadap Kelompok Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan(AKKBB) pada tanggal 1 Juni 2008 di Monas Jakarta yang pada saat itu AKKB sedang mempersiapkan peringatani hari kelahiran Pancasila dan menimbulkan jatuhnya korban luka-luka dari pihak AKKBB.
Menurut sumber dari FPI mengatakan bahwa dalam AKKB tersebut mengikutsertakan para pengikut Aliran Islam Ahmadiyah yang sekarang menjadi kontroversi oleh seluruh masyarakat
Ahmadiyah adalah gerakan pertabligan yang memiliki lebih dari 10 juta pengikut, mulai dari Indonesia, Malaysia, Pakistan, Afrika Tengah, Afrika Barat, sampai Amerika Serikat. Kota Rabwah, Pakistan Tengah, pernah menjadi pusat struktur organisasi tersebut. Pemimpin gerakan itu sekarang adalah yang ke empat, setelah wafatnya Masih Mau’ud (Al-Masih yang Dijanjikan). Ia adalah Mirza Tahir Ahmad, salah satu cucu dari pendiri Ahmadiyah. Di awal 1985, Huzur panggilan sayang bagi Mirza Tahir Ahmad pindah ke
Salah satu peran media adalah bagaimana menjadi penengah yang seadil-adilnya di antara konflik yang terjadi. Seperti yang saya amati pada saat terjadi tragedi monas pada 1 Juni kemarin, media
No comments:
Post a Comment